Indahnya Toleransi Antar Agama di Gereja Bersejarah Makassar
AyoGitaBisa.com - Gereja GPIB Immanuel Makassar dikenal sebagai salah satu simbol toleransi antar umat beragama di Makassar. Gereja yang didirikan di Jl Balaikota, Makassar, atau berada di samping timur Gedung Balaikota Makassar ini juga dikenal sebagai salah satu bangunan bersejarah di Makassar.
Sebagai simbol toleransi, Gereja Immanuel beberapa kali terlibat dalam kegiatan sosial yang melibatkan banyak agama di Makassar. Terakhir pada September lalu, ikut dalam Kegiatan International Multifaith Youth Assembly (IMYA) 2013 yang diselenggarakan oleh Global Peace Festival Indonesia Foundation.
Saat itu Gereja Immanuel jadi salah satu rumah ibadah yang dikunjungi seratus peserta IMYA dari dalam dan luar negeri. Selain Pura Giri Nata (Hindu), Gereja Katolik Hati Kudus Yesus (Kristen Katolik), Masjid Al-Markaz Al-Islami (Islam), Klenteng Ibu Agung Bahari (Konghucu), dan Vihara Arama Budha (Budha).
Kegiatan ini digelar untuk membangun wawasan tentang enam agama yang berkembang di Makassar. Harapannya, bisa meningkatkan toleransi antar umat beragama di sana.
Pendeta Nitis P. Harsono , M.TH, salah satu pemimpin di GPIB Immanuel mengatakan, dalam kehidupan sosial perdamaian itu sangat penting. Manusia juga wajib memberikan makna bagi sesamanya. Pendeta Nitis juga mengatakan, Tuhan tidak mengajarkan kita untuk menjadikan semua orang memeluk agama Kristen. "Tetapi Ia mengharapkan kita agar bisa memberikan bagi mereka yang tidak berpengharapan, memberikan makanan bagi mereka yang kelaparan, karena demikianlah seharusnya, ujarnya.
Tentang keberadaan Gereja Immanuel, Pendeta Nitis menjelaskan, gereja yang terbagi dalam 10 sektor pelayanan ini memiliki sejarah yang sangat panjang. Awalnya jemaat (gemeente) didirikan berdasar Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda pada 17 Oktober 1852. Jemaat ini merupakan bagian dari De Protestantsche Kerk in Nederlandsch Indie (Gereja Protestan di Hindia Belanda) atau yang biasanya disingkat Indische Kerk. Sama dengan induknya di Negeri Belanda, gereja ini merupakan gereja negara.
Pendeta diberi gaji oleh pemerintah beserta dengan anggaran-anggaran lainnya yang digunakan untuk keperluan gereja. Pada 15 September 1885, Pendeta J.C. Knuttel meresmikan pemakaian gedung gereja yang telah dibangun kembali dengan nama resminya Prins Hendriks Kerk atau Gereja dari Pangeran Hendrik, namun umumnya disebut dengan Protestantsche Kerk (Gereja Protestan) atau Grote Kerk (Gereja Besar). Yang akhirnya, saat ini dikenal dengan nama Gereja Immanuel.
0 komentar:
Posting Komentar